Philadelphia, Sebuah universitas di Philadelphia menimbulkan kontroversi dengan membuat mata kuliah fitnes. Para mahasiswa yang kelebihan berat badan diwajibkan mengikuti kelas fitnes itu jika ingin lulus dan mendapatkan ijazah. Pakar kesehatan pun angkat bicara soal kelas fitnes tersebut.
Pihak Lincoln University mengatakan bahwa aturan itu dibuat mengingat tingginya tingkat obesitas dan diabetes di kalangan mahasiswa kampus tersebut, terutama dari kalangan Afrika-Amerika. Dengan adanya aturan itu, angkanya bisa ditekan dan mahasiswa akan memiliki tubuh yang lebih sehat.
"Saat ini masalah obesitas memang menjadi epidemik, jadi kami rasa perlu untuk mengadakan kelas itu" ujar James L. DeBoy dari Lincoln's Department of Health, Physical Education and Recreation, seperti dilansir dari Glamour, Selasa (24/11/2009).
Tiana Lawson (21 tahun), salah seorang mahasiswi dengan berat badan berlebih di kampus itu mengatakan, "Saya ada di kampus ini untuk belajar. Tapi kenapa harus dibebani dengan aturan seperti itu kalau ingin lulus?" ujarnya.
Mandat yang dikeluarkan oleh kampus itu mewajibkan semua mahasiswa menjalani tes Body Mass Index (BMI) untuk mengetahui apakah berat badannya normal atau tidak. Nilai BMI yang normal yaitu antara 18,5 hingga 24,9.
Bagi mahasiswa yang nilai BMI-nya tinggi, yang artinya bobot tubuhnya berlebih, maka diwajibkan mengikuti kelas fitnes yang disebut dengan 'Fitness for Life' jika ingin mendapatkan gelar dari Universitas tersebut.
Kelas fitnes itu mengajarkan aerobik dan aktivitas fisik penurunan berat badan lainnya. Serta tidak lupa konsultasi gizi, stres dan kesulitan tidur.
Mark Rothstein, pakar kesehatan dari University of Louisville's School of Medicine, mengatakan bahwa aturan tersebut adalah ide yang sangat brilian dan bagus untuk membuat mahasiswa lebih sehat. "Tapi tidak jika bentuknya adalah eksekusi dan ancaman ketidaklulusan untuk mahasiswa," ujar Mark.
Namun pihak kampus mengatakan bahwa kelas yang menjadi salah satu mata kuliah dengan sistem kredit itu sebenarnya tidak memaksa seseorang untuk menurunkan berat badannya secara drastis.
"Kami bersikap proaktif seperti ini karena ingin mahasiswa lebih banyak bergerak dengan cara menghadiri dan berpartisipasi dalam kelas ini. Jika hasil berat badan di akhir kelas nanti masih tidak sesuai dengan standar BMI, itu tidak apa-apa selama ada proses ke arah sana," ujar Deboy.
Para pakar kesehatan dan diet menilai, adanya kelas fitnes itu bisa membahayakan mahasiswa karena bisa memicu tindakan-tindakan penurunan berat badan yang tidak dianjurkan demi mendapat nilai kelulusan. Lagipula nilai BMI tidak bisa hanya dijadikan patokan untuk mengetahui apakah seseorang itu gendut atau tidak.
"Selama mahasiswa berbobot badan lebih bisa melakukan aktivitas fisik dengan baik, itu bukan masalah. Olahraga bukan satu-satunya cara agar seseorang terhindar dari obesitas dan diabetes. Sangat tidak adil rasanya jika harus menggunakan cara seperti ini untuk membuat mahasiswa sehat," ujar Marcia Costello dari Villanova University.
Detik.
1 comments:
iya bila ingin tidak menimbulkan kontrovensi lagi sebaiknya ikut fitnes dan memang sudah di wajibkan mengikuti kelas fitnes.
ST3 Telkom
Posting Komentar